1. Kegelisahan Obyektif
(Kenyataan)
Kegelisahan ini mirip dengan kegelisahan terapan dan
kegelisahan ini timbul akibat adanya pengaruh dari luar atau lingkungan
sekitar.
Contoh : Tini seorang ibu muda, mempunyai anak
berumur dua tahun, Tina namanya. Tina tumbuh sehat, montok, lucu, lincah, dan
sangat akrab dengan ibunya. Hampir seluruh waktu Tini tercurahkan untuk Tina.
Ia keluar kerja demi Tina, anak yang baru seorang itu. Sekonyong-konyong Tina
sakit ; muntah-muntah disertai buang air. Tini bingung, anaknya segera dibawa
kerumah sakit. Kata dokter, Tina harus dirawat di rumah sakit dan tidak boleh
ditunggui. Tina menangis terus, tetapi ibunya harus meninggalkannya. Tini
gelisah, cemas, khawatir, memikirkan nasib anaknya. Pada contoh tersebut
jelas bagi kita, bahwa kegelisahan yang diderita oleh ibu Tini adalah karena
adanya bahaya dari luar yang mengancam anaknya.
2. Kegelisahan Neurotik
(Saraf)
Kegelisahan ini berhubungan dengan sistem syaraf.
Syaraf-syaraf yang bekerja secara alami ketika tubuh merasa terancam
atau mengetahui akan ada suatu hal berbahaya yang akan terjadi. Tubuh tidak
diperintahkan untuk melakukannya. Singkatnya kegelisahan ini ditimbulkan oleh
suatu pengamatan tentang bahaya naluriah.
Contohnya: Kegelisahan para peserta Indonesia
Mencari Bakat ketika akan mengetahui siapa yang harus pulang pada malam
mereka tampil dan kegelisahan murid-murid sekolah ketika menunggu hasil ujian
akhir.
3. Kegelisahan moral
Kegelisahan ini mucul dari dalam diri sendiri.
Sebagian besar karena rasa bersalah atau malu dalam ego yang ditimbulkan oleh
suatu pengamatan bahaya dari hati nurani. Hal ini timbul karena pada dasarnya
setiap manusia mempunyai hari nurani dan sadar atau tidak mereka tahu mana hal
yang benar dan mana yang salah. Walaupun mereka melakukan kejahatan, setiap
orang pastilah tahu hal yang dilakukannya itu adalah salah. Keadaan mungkin
yang memaksa mereka melakukannya. Jadi, mereka tetap mempunyai rasa bersalah
dan mengalami kegelisahan moral itu. Contohnya: Setelah terungkap permasalahan
korupsi di tubuh KPU, banyak pihak yang terkait merasa gelisah.
B. Faktor Penyebab Kegelisahan
Bukan merupakan sebuah kepastian bahwa akar penyebab
kegelisahan selalu bermula dari faktor keluarga atau metode pendidikan yang diterapkan
oleh kedua orang tua. Bahkan, terkadang ia muncul dari diri penderita sendiri
dan itu merupakan faktor sangat dominan dan berpengaruh dalam semua aspek
keberadaan manusia sampai akhir hayatnya. Faktor penyebab
kegelisahan antara lain:
a. Dari Dalam
Faktor kegelisan dari dalam diri seseorang antara
lain:
1. Cinta
Diri
Kecintaan seseorang terhadap dirinya merupakan hal
yang wajar, namun sebagian orang telah berlebihan dalam mempertahankan cinta
tersebut, sehingga terbebani dengan berbagai macam penderitaan dan rasa sakit.
Dalam pembahasan ini, yang dimaksud cinta diri adalah kecintaan melampaui
batas, perhatian berlebihan terhadap diri sendiri, dan sangat sensitif terhadap
segala hal yang berkaitan dengan itu, sehingga ia tidak mendapati musibah yang
lebih parah dari penyakit tersebut.
2. Lalai dalam Mengingat Allah
Dalam beberapa hadits dan riwayat Shahih disebutkan
bahwa was-was dalam keadaan tertentu akan muncul sebagai akibat kelalaian
seseorang dalam mengingat Allah, berpaling dari (mencari) hikmah-Nya, dan
mengentengkan perintah dan larangan-Nya. Terkadang was-was juga akan muncul
dari setan yang telah mengguncangkan jiwanya.
Ya, orang yang hatinya bersih dan yakin kepada Allah tidak akan terkena penyakit ini, kecuali bila menderita cacat atau penyakit tertentu. Dari sudut pandang agama, mengingat Allah ibarat benteng kuat dan baju besi yang melindungi manusia dari berbagai macam bahaya, seperti penyakit kejiwaan. Sebagaimana, kita juga dapat menjadikannya sebagai pijakan dalam proses pengobatannya. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa was-was bisa muncul sebagai akibat perbuatan haram dan mungkar, sebaliknya mencari perlindungan Allah dapat mencegah seseorang dari dampak negatifnya.
Ya, orang yang hatinya bersih dan yakin kepada Allah tidak akan terkena penyakit ini, kecuali bila menderita cacat atau penyakit tertentu. Dari sudut pandang agama, mengingat Allah ibarat benteng kuat dan baju besi yang melindungi manusia dari berbagai macam bahaya, seperti penyakit kejiwaan. Sebagaimana, kita juga dapat menjadikannya sebagai pijakan dalam proses pengobatannya. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa was-was bisa muncul sebagai akibat perbuatan haram dan mungkar, sebaliknya mencari perlindungan Allah dapat mencegah seseorang dari dampak negatifnya.
3. Gejolak Hati
Terkadang was-was muncul dalam keadaan tertentu lantaran kegalauan hati yang sangat keras akan hal-hal yang spele dan remeh. Ketika ia tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menyibukkan dirinya, ia akan memikirkan problem dan khayalan sia-sia, sehingga sering kali hal itu menyeretnya kedalam kubangan was-was.
Karena itu, ketika seorang anak kecil megotori badannya, maka ia akan segera melawan guncangan jiwa lantaran takut akan hukuman ibunya dengan cara mencuci kotoran tersebut berulang kali. Dan, pengulangan itu memberikan kemungkinan bagi muncul dan tertanamnya pemikiran yang bersifat was-was tersebut. Sebagian orang berkeyakinan bahwa pemikiran yang disertai perasaan was-was sebenarnya merupakan sejenis kegelisahan yang timbul dari penyakit kejiwaan yang dapat disembuhkan dengan mudah.
Terkadang was-was muncul dalam keadaan tertentu lantaran kegalauan hati yang sangat keras akan hal-hal yang spele dan remeh. Ketika ia tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menyibukkan dirinya, ia akan memikirkan problem dan khayalan sia-sia, sehingga sering kali hal itu menyeretnya kedalam kubangan was-was.
Karena itu, ketika seorang anak kecil megotori badannya, maka ia akan segera melawan guncangan jiwa lantaran takut akan hukuman ibunya dengan cara mencuci kotoran tersebut berulang kali. Dan, pengulangan itu memberikan kemungkinan bagi muncul dan tertanamnya pemikiran yang bersifat was-was tersebut. Sebagian orang berkeyakinan bahwa pemikiran yang disertai perasaan was-was sebenarnya merupakan sejenis kegelisahan yang timbul dari penyakit kejiwaan yang dapat disembuhkan dengan mudah.
4. Rasa Takut dan Malu
Mungkin, sifat malu merupakan salah satu diantara
faktor penyebab was-was, sebab seorang pemalu adalah orang yang takut berdiam
diri dan inilah yang mengharuskan kita membahas tentang sebab-sebabnya pada
anak-anak.
Karena itu, mereka yang pada masa kecilnya telah mendapatkan pelecehan dan perlakuan keras, pada masa dewasanya tidak akan mampu menghadapi problem yang sangat besar dan menyelesaikannya secara benar. Ini menunjukkan bahwa seorang pemalu akan berusaha dengan berbagai macam cara untuk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya agar tidak menjadi bahan penilaian dan cemoohan orang lain.
Karena itu, mereka yang pada masa kecilnya telah mendapatkan pelecehan dan perlakuan keras, pada masa dewasanya tidak akan mampu menghadapi problem yang sangat besar dan menyelesaikannya secara benar. Ini menunjukkan bahwa seorang pemalu akan berusaha dengan berbagai macam cara untuk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya agar tidak menjadi bahan penilaian dan cemoohan orang lain.
5. Tidak Merasa Aman
Dalam keadaan tertentu, perasaan tidak aman
merupakan faktor penyebab terjadinya was-was. Dengan kata lain, sebagian orang
akan menderita was-was lantaran dirinya merasakan tidak adanya keamanan.
Terkadang, perasaan semacam ini merupakan akibat dari lemahnya kepribadian dan
tidak adanya kemampuan dalam mengendalikan diri.
Tidak diragukan lagi bahwa benturan kejiwaan yang datang secara tiba-tiba pada diri seseorang akan mendorong munculnya perasaan tidak aman dalam diri , yang kemudian akan menyebabkan tertimpa was-was. Sebagaimana, tekanan jiwa akan menghilangkan perasaan aman dalam pikiran seseorang. Ini juga merupakan penyebab lemahnya kepribadian dan menjadikannya sebagai sasaran empuk bagi penyakit was-was.
Tidak diragukan lagi bahwa benturan kejiwaan yang datang secara tiba-tiba pada diri seseorang akan mendorong munculnya perasaan tidak aman dalam diri , yang kemudian akan menyebabkan tertimpa was-was. Sebagaimana, tekanan jiwa akan menghilangkan perasaan aman dalam pikiran seseorang. Ini juga merupakan penyebab lemahnya kepribadian dan menjadikannya sebagai sasaran empuk bagi penyakit was-was.
6. Jiwa
yang Lemah
Kelemahan jiwa dalam diri seseorang dapat mencapai
suatu taraf dimana ia sendiri kehilangan kekuatan untuk mengendalikannya,
sehingga kita mendapatinya dengan terpaksa menyerah dihadapan kejadian-kejadian
yang dialaminya. Ketika ia menampakkan keinginan agar seluruh pekerjaannya
sebanding dengan orang yang lebih utama darinya, maka perasaan ini akan berubah
kedalam bentuk perasaan lemah.
b. Kemasyarakatan
Terkadang, dalam beberapa keadaan, was-was
diakibatkan oleh faktor sosial dimana kita dapat melihat sebagian gejalanya
ketika seseorang melakukan suatu perbuatan yang sama dengan orang lain dan
selalu mengikutinya. Namun kasus ini berbeda dengan dimana anak-anak
mewarisinya dari ayah atau ibunya. Dengan kata lain, mengikuti perilaku orang
lain dan taklid terhadap kelakuan mereka yang salah serta berteman dengan
segala penderita penyakit tersebut akan menyebabkan terjadinya kontradiksi yang
dibencinya dan membantu proses transfer penyakit tersebut dari satu orang
kepada orang lain.
C. Cara Mengatasi Kegelisahan
Cara yang digunakan dalam mengatasi
kegelisahan:
· Dengan
memerlukan sedikit pemikiran yaitu, pertama kita menanyakan pada diri kita
sendiri (instropeksi),akibat yang paling buruk yang bagaimanakah yang akan kita
tanggung atau yang akan terjadi,mengapa hal itu terjadi,apa penyebabnya dan
sebagainya.
· Kita bersedia
menerima sesuatu yang terjadi pada diri kita dengan rasa tabah dan senang hati
niscaya kecemasan tersebut akan sirna dari jiwa kita. Bersamaan berjalannya
waktu kita dapat mencoba untuk memperkecil dan mengurangi keburukan-keburukan
akibat timbulnya kecemasan tersebut dalam jiwa kita.
· Berdoa kepada
Tuhan dengan sungguh-sungguh sabar,tabah,senang dan ikhlas sehingga Ia mau
mengabulkan permohonan kita dari perasaan kecemasan ini,sebab Tuhan adalah yang
paling Maha Pemurah,Maha Pengampun,Maha Pengasih dan Maha Penyayang bagi
umatnya yang mau berdoa dan memohon kepadaNya
D. Bentuk-bentuk kegelisahan
Bentuk bentuk kegelisahan antara lain:
a) Keterasingan
Keterasingan berasal dari kata terasing, asal kata
dari kata dasar asing. Kata asing berarti sendiri, tidak dikenal orang,
sehingga kata terasing berarti tersisihkan dari pergaulan, terpisahkan dari
yang lain,atau terpencil. Jadi, keterasingan berarti hal-hal yang berkenaan
dengan tersisihkan dari pergaulan, terpisah dari yang lain atau terpencil.
Apapun makna yang kita lekatkan pada istilah keterasingan, yang jelas ia
merupakan bagian dari hidup manusia. Sebagai bagian dari hidup manusia,
sebagaimana juga kegelisahan, maka keterasingan pun memiliki sifat universal.
Ini berarti bahwa keterasingan tidak pernah mengenal perbedaan manusia.
Sebentar ataukah lama setiap orang akan pernah mengalami keterasingan ini,
meskipun kadar atau penyebabnya berbeda-beda.
Contoh : Murni gadis lincah, bebas, dan pandai
bergaul. Kawannya banyak dan hilir mudik bergantian datang dan mengajak pergi.
Pada suatu hari tersiar berita ia mendapat “kecelakaan”. Sejak itu ia tidak
pernah menampakkan diri dan tak ada kawan yang hilir mudik datang berkunjung
dan mengajak pergi. Ia menyembunyikan diri di kamar, malu keluar. Ia hidup
dalam keterasingan.
· Sebab – sebab
keterasingan
Bila kita memperhatikan contoh Murni tidak mau
bergaul lagi dengan kawan-kawannya, hidup menyendiri, karena malu atas
perbuatannya yang melanggar moral. Jadi, sebab-sebab hidup terasing itu
bersumber pada :
Perbuatan yang tidak dapat diterima oleh
masyarakat, antara lain mencuri, bersikap angkuh atau sombong.Sikap dan
perbuatan seseorang tidaklah mesti sesuai dengan aspirasi orang lain,
lebih-lebih dalam masyarakat yang beragam seperti masyarakat kita ini, bilamana
ketidaksesuaian ini berkembang bisa diduga akan timbul jarak antara orang satu
dengan lainnya. Ketidaksesuaian ini bisa jadi timbul lantaran seseorang
menampakkan sikap dan perbuatan yang di mata orang lain negatif seperti
misalnya sombong, menganggap dirinya lebih tinggi, angkuh, kaku, pemarah, dan
semacamnya.Sikap yang sejenis dengan angkuh atau sombong ialah sikap kaku,
pemarah, dan suka berkelahi. Sikap seperti itu menjauhkan kawan dan mendekatkan
lawan. Orang segan berkawan dengan orang yang bersikap seperti itu, sebab takut
terjadi konflik batin atau konflik fisik.
Sikap rendah diri.
Sikap rendah diri menurut Alex Gunur adalah sikap
kurang baik. Sikap ini menganggap atau merasa dirinya selalu atau tidak
berharga, tidak atau kurang laku, tidak atau kurang mampu di hadapan orang
lain. Sikap ini disebut juga sikap minder. Jadi, bukan orang lain yang
menganggap dirinya rendah, tetapi justru dirinya sendiri, tetapi juga tidak
baik bagi masyarakat. Sikap rendah diri disebabkan antara lain kemungkinan
cacat fisik, status sosial-ekonominya, rendah pendidikannya, dan karena
kesalahan perbuatannya.
a. Keterasingan
karena cacat fisik
Cacat fisik tidak perlu membuat hidup terasing
karena itu adalah kehendak Tuhan. Namun, seringkali manusia memiliki jalan
pikiran yang berbeda. Erasa malu anak atau cucunya cacat fisik, maka
disingkirkannya anak tersebut dari pergaulan ramai, hidup dalam keterasingan.
b. Keterasingan
karena sosial-ekonomi
Ekonomi kuat atau lemah adalah anugerah Tuhan. Orang
tidak boleh membanggakan kekayaan dan tidak boleh pula merasa rendah diri
karena keadaan ekonomi yang minim. Namun dalam kenyataan lain keadaannya,
orang-orang yang tergolong lemah ekonominya seringkali merasa rendah diri.
Akibatnya orang-orang kaya sering membanggakan kekayaannya, meskipun tanpa
disengaja.
c. Keterasingan
karena rendah pendidikan
Banyak juga orang yang merasa rendah diri karena
rendah pendidikannya dan tidak dapat mengikuti jalan pikiran orang yang
berpendidikan tinggi dan banyak pengalaman.Dalam pergaulan orang-orang yang
berpendidikan rendah dan kurang berpengalaman biasanya menyendiri, mengasingkan
diri karena merasa sulit menempatkan diri. Ingin bertanya takut salah,juga
takut ditanya, takut jawabannya tidak benar. Akibatnya ia menjauhkan diri dari
pergaulan.Akan tetapi, orang seperti itu masih lebih baik dari pada mereka yang
berlagak pintar dan akhirnya menjadi bahan tertawaan.Contoh :
Akil yang merasa berpendidikan rendah, tidak mau
bercakap-cakap dengan tamu dalam pertemuan itu. Apalagi tamu-tamu itu
sebentar-sebentar mempergunakan bahasa asing yang belum pernah didengarkannya.
Ia merasa makin takut meskipun pakiannya tidak kalah dengan mereka karena
pendidikan dan pengalamannya jauh lebih rendah dari mereka. Karena itu ia
menghindarkan diri dan menyendiri saja.
d. Keterasingan
karena perbuatannya
Orang terpaksa hidup dalam keterasingan karena
merasa malu, dunia rasanya sempit, bila melihat orang, mukanya ditutupi. Itu
semua akibat dari perbuatannya, yang tidak bisa diterima oleh masyarakat
lingkungannya. Banyak perbuatan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat.Contoh
:
Selama ini Tn. Adi terkenal sebagai orang terhormat.
Semua penduduk di wilayahnya mengenal siapa Tn. Adi, pegawai tinggi suatu
instansi, ramah, dan dermawan. Tiba-tiba tersiar berita di koran bahwa Tn. Adi
tersangkut korupsi milyaran. Dengan adanya berita itu, Tn. Adi tidak pernah
keluar, apalagi bergaul. Setiap ada undangan tidak pernah datang. Ia mengurung
diri di rumah, hidup dalam keterasingan.
Takut kehilangan hak.
Contoh : Oyong mempunyai sifat pemarah,
sebentar-bentar menantang orang dan mengajaknya berkelahi. Ia menganggap
lawannya pasti kalah. Ia tak kenal istilah musyawarah, akibatnya semua
teman-temannya perlahan-lahan menjauhinya, sehingga ia terasing dari pergaulan. Jadi,
bila kita renungkan, orang hidup dalam keterasingan karena takut kehilangan
haknya. Seperti halnya Oyong yang merasa takut kehilangan hak nama baiknya. Ia
merasa lebih dari orang lain, sehingga bila ada orang yang melebihinya, ia
segera mengajaknya berkelahi.
Kerinduan.
Kadang-kadang keterasingan disebabkan pula oleh rasa
kerinduan yang begitu hebat baik terhadap keluarga, teman, suasana,atau bahkan
terhadap suatu tempat. Adalah satu hal yang wajar apabila seseorang yang
berada jauh dari keluarga akan merasakan kerinduan yang begitu hebat terhadap
keluarganya. Dalam kondisi yang demikian ini tidak heran kalau kemudian yang
bersangkutan merasa terasing, kendatipun lingkungan sekitarnya mampu memenuhi
kebutuhannya.
· Usaha-usaha
untuk mengatasi keterasingan
Keterasingan biasanya terjadi karena sikap sombong,
angkuh, pemarah, kaku, rendah diri, atau karena perbuatan yang melanggar norma
hukum. Untuk mengatasi keterasingan ini diperlukan kesadaran yang tinggi. Orang
bersikap demikian karena menganggap semua yang mereka lakukan adalah benar. Lain
halnya dengan orang yang rendah diri. Orang yang mempunyai sifat ini biasanya
sadar akan kekurangannya. Untuk meningkatkan harga diri, ia harus banyak
belajar dan bergaul. Pergaulan itu dilakukan sedikit demi sedikit dan terus
meningkat, sehingga akhirnya menjadi biasa.
b) Kesepian
Kesepian berasal dari kata sepi, artinya sunyi,
lengang, tidak ramai, tidak ada orang atau kendaraan, tidak banyak tamu, tidak
banyak pembeli, tak ada apa-apa, dan sebagainya. Kesepian adalah keadaan sepi
atau hal sepi. Contoh :
1. Setelah
anaknya yang telah menikah itu memiliki rumah sendiri, ibu Hadi merasa
kesepian.
2. Setelah
tembakan gencar itu berhenti, jalan-jalan tampak sepi. Orang-orang takut
keluar, bahkan suara deru mobil pun tak kedengaran.
3. Karena
pak Parman dan ibu Parman kurang bergaul, ditambah keadaan hari itu hujan
lebat, maka resepsi perkawinan anaknya sepi, tamu kurang sekali.
Setiap orang pernah mengalami kesepian, karena
kesepian merupakan bagian hidup manusia. Lama atau sebentar perasaan kesepian
ini bergantung kepada mental orang dan kasus penyebabnya.
· Sebab-sebab
terjadinya kesepian
Bermacam-macam penyebab terjadinya kesepian. Salah
satunya adalah frustasi. Orang yang frustasi tidak mau diganggu,ia lebih senang
dalam keadaan sepi, tidak suka bergaul, dan sebagainya. Ia lebih senang hidup
sendiri. Contoh :Pangeran Sidharta, putra raja Kapilawastu, meninggalkan
istana, tempat kemewahan, keramaian, dan keindahan. Karena frustasi menyaksikan
kontradiksi keadaan diluar istana yang penuh penderitaan, maka ia meninggalkan
istana dan pergi ke hutan ke tempat yang lebih sunyi untuk mencari hakikat
hidup.
Bila kita perhatikan sepintas lalu mungkin
keterasingan dan kesepian hampir serupa, tetapi sebenarnya tidak sama, walaupun
keduanya ada hubungannya. Perbedaan antara keduanya hanya terletak pada sebab
akibat. Kesepian merupakan akibat dari keterasingan dan keterasingan
sebagai akibat sombong, angkuh, kaku, keras kepala, sehingga dijauhi
kawan-kawan sepergaulan. Akibatnya, orang yang dijauhi itu hidup terasing,
terpencil dari keramaian hidup sehingga mereka merasa kesepian.
c) Ketidakpastian
Ketidakpastian berasal dari kata tidak pasti artinya
tidak menentu (pikirannya) atau mendua, atau apa yang dipikirkan tidak searah
dan kemana tujuannya tidak jelas. Itu semua akibat pikirannya yang tidak dapat
konsentrasi. Ketidakkonsentrasian itu disebabkan oleh berbagai sebab,
yang paling utama adalah kekacauan pikiran. Ketidakpastian atau ketidaktentuan
adalah bagian hidup manusia. Setiap orang hidup pasti pernah mengalaminya.
Bahkan anak kecil sekalipun pernah mengalaminya, misalnya, ketika anak kecil ditinggalkan
ibunya, ia menangis kebingungan. Kebingungan itu menunjukan adanya
ketidakpastian, seperti anak ayam yang kehilangan induknya.
· Sebab sebab
ketidakpastian
Menurut Siti Meichati dalam bukunya Kesehatan Mental
menerangkan beberapa penyebab seseorang tak dapat berpikir dengan pasti.
Sebab-sebab itu ialah :
1. Obsesi
Obsesi merupakan gejala neurose jiwa, yaitu adanya
pikiran atau perasaan tertentu yang terus-menerus, biasanya tentang hal-hal
yang tak menyenangkan, atau penyebab lain yang tidak diketahui oleh penderita.
Misalnya selalu berpikir ada orang yang ingin menjatuhkan dia. Contoh
:Seorang pedagang yang maju pesat, pada suatu saat berpikir olehnya ada kswan
yang ingin menjatuhkannya. Pikirannya itu semakin menjadi-jadi, apalagi setelah
ia mengalami kerugian.
2. Phobie
Phobie adalah rasa ketakutan yang tak terkendalikan
atau tidak normal terhadap sesuatu hal atau kejadian, tanpa diketahui
sebab-sebabnya. Contoh : Orang yang takut terhadap tempat yang
tinggi. Secara tidak sengaja, ia terus menelusuri jalan mendaki. Sesampainya di
puncak ketinggian, ia ketakutan luar biasa.
3. Kompulasi
Kompulasi ialah adanya keraguan yang sangat
mengenai apa yang telah dikerjakannya, sehingga ada dorongan yang tidak
disadari untuk selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang serupa berulang kali. Contoh
:Keinginannya mengambil barang orang (mencuri), padahal barang itu tidak
bermanfaat baginya, dan ia mampu andaikata ingin membelinya.
4. Histeria
Histeria ialah neurose jiwa yang disebabkan oleh
tekanan mental kekecewaan, pengalaman pahit yang menekan, kelemahan syaraf,
tidak mampu menguasai diri, atau sugesti dari sikap orang lain. Contoh : Neneng,
seorang gadis yang cukup manis, suatu hari melihat pacarnya berjalan-jalan
dengan seorang gadis yang belum pernah dikenalnya. Rasa cemburu berkecamuk di
hatinya dan setibanya di rumah dia beteriak histeris.
5. Delusi
Menunjukan pikiran yang tidak beres, karena
berdasarkan keyakinan palsu. Tidak dapat memakai akal sehat, tidak ada dasar
kenyataan dan tidak sesuai dengan pengalaman. Delusi ini ada tiga macam,
yaitu :
· Delusi
persekusi : menganggap adanya keadaan yang jelek di sekitarnya. Akibatnya,
banyak orang menjauhinya.
· Delusi
keagungan : menganggap dirinya orang penting dan besar. Orang seperti ini
biasanya gila hormat dan menganggap orang di sekitarnya tidak penting.
Akibatnya, semua orang menjauhinya. Jadi, hampir sama dengan delusi persekusi.
· Delusi
melancholis : merasa dirinya bersalah, hina dan berdosa. Hal ini dapat
mengakibatkan buyutan atau dikenal dengan nama delirium tremens., hilangnya
kesadaran dan menyebabbkan otot-otot tak terkuasai lagi. Ia kehilangan
ingatannya sama sekali, mengalami tensi tinggi dan mengingat sesuatu yang belum
pernah dialami..
6. Halusinasi
Khayalan yang terjadi tanpa rangsangan pancaindera.
Seperti para prewangan (medium) dapat digolongkan pada pengalaman halusinasi.
Dengan sugesti diri, orang dapat juga berhalusinasi. Halusinasi buatan,
misalnya dapat dialami oleh orang yang mabuk atau pemakai obat bius.
Kadang-kadang karena halusinasi, orang merasa mendapat tekanan-tekanan terhadap
dorongan-dorongan itu menemukan sasarannya. Ini tampak pada perbuatan-perbuatan
penderita (penderita itu dapat menyadari perbuatannya itu, tetapi tidak dapat menahan
rangsangan khayalan sendiri). Contoh :Atang memang seorang peminum. Bila
sedang marah, ia makin banyak minumnya sehingga mabuk dan mengoceh (berbicara)
tidak menentu.
7. Keadaan emosi
Dalam keadaan tertentu, seseorang sangat dipengaruhi
oleh emosinya. Jika emosi telah menguasai keseluruhan pribadinya, ia akan
mengalami gangguan nafsu makan, pusing-pusing, muka merah, nadi cepat,
keringat, tekanan darah tinggi/lemah. Sikapnya bisa apatis atau bisa juga
terlalu gembira dengan melampiaskan dalam gerakan-gerakan lari-larian,
menyanyi, tertawa atau berbicara. Sikap ini dapat pula berupa kesedihan
menekan, tidak bernafsu, tidak bersemangat, gelisah, resah, suka mengeluh,
tidak mau berbicara, diam seribu bahasa, atau termenung menyendiri. Orang
seperti ini tidak mungkin dapat berpikir dengan tenang dan baik.
Untuk mengatasi atau menghilangkan pikiran yang
kacau itu perlu mencari penyebabnya. Andaikata telah diketahui penyebabnya,
namun kekacauan pikiran tersebut tidak hilang, penderita perlu diajak ke psikolog.